Tren pertanian modern dengan sistem hidroponik tengah banyak digemari. Namun, belum banyak orang yang mengetahui tentang sejarah hidroponik di Indonesia.
Sebagai negara agraris, perkembangan pertanian menjadi hal yang umum terjadi di negara ini. Berawal dari pertanian konvensional yang sudah ada sejak dahulu kala hingga saat ini pertanian hidroponik yang mulai diterapkan para petani milenial.
Namun, sebelum mempelajari lebih jauh seputar pertanian modern, tak ada salahnya jika kita mengetahui terlebih dahulu sejarah hidroponik yang ada di Indonesia. Berikut ulasan lengkapnya.
Sejarah Hidroponik di Indonesia
Hidroponik mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1970-an. Pada tahun tersebut, hidroponik menjadi materi perkuliahan di salah satu perguruan tinggi (ada yang menyebut perguruan tinggi tersebut adalah UGM).
Pada tahun 1980-an Indonesia mulai mengembangkan hidroponik, praktisi pertanian Cipanas, Jawa Barat bernama Iin Hasim menggunakan teknik hidroponik untuk tanaman hias, namun aplikasinya di Singapura. Pengembangan tanaman sayuran dengan menggunakan budidaya secara hidroponik pertama kali dilakukan oleh Bob Sadino pada tahun 1982 pada lahan seluas 2,5 hektar.
Latar belakang pengembangan sistem hidroponik di Indonesia adalah adanya persoalan masyarakat yang ingin mengembangkan pertanian khususnya tanaman hortikultura meliputi tanaman sayuran, buah-buahan, hias dan biofarmaka. Namun pengembangan tersebut terkendala dengan lahan yang sangat minim seperti yang terjadi di kota-kota.
Sepanjang tahun 1983-2001 di Indonesia tercatat hanya ada dua perusahaan yang mengembangkan sistem hidroponik sebagai industri, yaitu Agrikultura (1998) dan PT Kebun Sayur Segar (2003). Sistem hidroponik yang pertama kali ada di Indonesia adalah sistem substrat, kemudian mulai berkembang sistem Nutrient Film Technique (NFT).
Selanjutnya mulai dikembangkan sistem aeroponik. Sementara itu, pengembangan hidroponik sistem wick (sumbu), hidroponik rakit apung, serta sistem ebb dan flow mulai masif.
Perusahaan Hidroponik di Indonesia
Sesuai dengan keterangan sebelumnya, awalnya hanya ada dua perusahaan di Indonesia yang mengembangkan pertanian sistem hidroponik. Kedua perusahaan tersebut, antara lain; PT. Kem Farm Indonesia
1. PT. Kem Farm Indonesia
PT. Kem Farm Indonesia adalah perusahaan milik Bob Sadino yang bergerak di bidang ekspor sayur dan buah-buahan. PT. Kem Farm Indonesia ini di rintis pada tahun 1980 yang berpusat di kota Semarang, Jawa Tengah.
Produk unggulan dari perusahaan ini adalah terung, lobak, dan ubi manis. Bob Sadino adalah orang pertama yang memperkenalkan ayam negeri beserta telurnya ke Indonesia.
Ketika bisnis telur ayam terus berkembang ia melanjutkan usahanya dengan berjualan daging ayam. Sekarang ,Bob Sadino mempunyai PT Kem Foods (pabrik sosis dan daging). Bob Sadino juga kini memiliki usaha agrobisnis dengan sistem hidroponik di bawah PT Kem Farms.
2. Kebun Hidroponik Milik Kunto Herwibowo
Hidroponik skala bisnis diterapkan oleh seorang petani hidroponik bernama Kunto Herwibowo warga Ciputat, Jawa Barat, Indonesia. Kunto Herwibowo, mengembangkan sayuran selada hijau (Green Lettuce) dan selada merah (Red Lettuce) memakai sistem NFT (Nutrient Film Technique) pada tanah seluas ± 500 M2.
Keunikan dengan cara bercocok tanam hidroponik versi Kunto adalah beliau tidak menggunakan Green House atau hanya beratapkan langit. Kendala utama yang Kunto hadapi yaitu ketersediaan bibit. Pasalnya, bibit yang saat ini dibelinya masih produk Impor.
Kendala lain yang muncul yaitu hama penyakit karena lahan yang terbuka. Kelemahan menggunakan sistem NFT adalah biaya paling besar terutama untuk biaya listrik karena harus menyalakan pompa air selama 24 jam nonstop.
Nah, itu tadi sejarah hidroponik di Indonesia. Tanpa kita sadari perkembangan zaman juga membawa perubahan pada bidang pertanian kita. Pertanian konvensional hingga pertanian yang bersistem hidroponik pada saat ini merupakan hasil dari perubahan zaman yang terus maju dan berkembang.
Referensi
Susilawati. 2019. Dasar-dasar Bertanam Secara Hidroponik. Palembang. UNSRI Press.